Kaum
remaja yang sok gaul, meski telah lengkap dengan busana, gaya rambut, dan
asesoris, masih saja belum pede jika tidak melihat ramalan bintangnya di koran,
tv, atau internet. Tentang nasibnyam, keuangan, asmara, dan hari baik. Seolah
mereka yakin betul, bintangnya lebih tahuntentang masa depan hidupnya. Penyedia
jasa ramalan pun semakin mudah di akses. Hotline telpon tarif premium banyak
yang menjajakan “apa kata bintang” yang siap didengar kapan saja, dimana saja,
oleh siapa saja.
Warisan Kuno
Ramalan
bintang, di sebut juga astrologi, menyandarkan pada peredaran bintang, planet,
dan matahari pada orbit imajiner yang mengelilingi bumi. Ada dua belas jenis
zodiak yang masing-masing memiliki rentang waktu satu bulan. Waktu ini di
tentukan berdasarkan posisi bintang tersebut dengan matahari. Para astrolog
percaya bahwa manusia dilahirkan di bawah naungan salah satu bintang tersebut
yang bertindak sebagai pembuat karakter pribadi dan nasib manusia. Misalnya,
seorang yang lahir 23 Oktober- 21 November ada di bawah naungan bintang Skorpio
yang bersifat air dan di pengaruhi planet pluto.
Microsoft
Encarta Reference Library 2003 menyebutkan, zodiak berasal dari dataran rendah
Mesopotamia, daratan di antara sungai Tigris dan Eufrat, pada masa Babilonia
kuno (Kini Irak Tenggara) kira-kira 2000 tahun sebelum masehi. Antara tahun 600
SM dan 200 SM, Mereka mengembangkan suatu sistem untuk menggambar horoskop
perorangan. Orang Yunani dan Romawi memunyai andil besar dalam perkembangan
astrologi. Sampai sekarang nama-nama Romawi bagi planet-planet itu masih
digunakan.
Bintang Tak Pernah Tahu.
Praktek-praktek
ramalan bintang warisan kuno tersebut juga berkembang pada zaman keemasan
islam. Sehingga kita bisa mendapatkan komentar para ulama tabi’in tentangnya.
Imam al-Bukhari di dalam shaihnya menyebutkan bahwa Qatadah berkata :
“Sesungguhnya
Allah menjadikan bintang-bintang itu hanya untuk hikmah. Dia menjadikannya
sebagai hiasan langit, sebagai penunjuk arah dan sebagai pelempar setan.
Barangsiapa berpendapat selain itu, maka benar-benar telah berkata menurut
pikirannya sendiri, salah persepsi serta memaksakan sesuatu yang tidak dia
ketahui ilmunya. Sungguh, ada orang-orang yang tidak mengetahui agama Allah,
mereka menjadikan bintang-bintang itu sebagai sarana untuk meramal. Seperti
mengatakan barangsiapa yang menikah ketika posisi bintang anu di anu maka akan
begini dan begini, barangsiapa yang melakukan perjalanan ketika posisi bintang
anu di sini dan di situ maka akan begini....padahal bintang-bintang itu tak
tahu menahu tentang perkara ghaib, begitu pun dengan binatang-bintang (yang dianggap
orang tanda sia) dan juga burung. Jika ada makhluk-makhluk yang mengetahui
perkara yang ghaib, tentulah Adam mengetahuinya karena dia di ciptakan Allah
dengan tangan-Nya, Dia memerintahkan para malaikat bersujud kepada-nya, Dia
memerintahkan para bersujud kepadanya dan Dia megajarkan kepada Adam nama
segala sesuatu.”
Adapun
ayat yang menunjukkan tentang tiga hikmah di ciptakannya bintang adalah firman
Allah :
“Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan,” (Q.S. Al-Mulk : 5)
Dan
Firman-Nya :
“dan
(Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah
mereka mendapat petunjuk jalan.” (Q.S. An-Nal :16)
Katakan : “AKU TAK PERCAYA!”
Boleh
percaya boleh tidak, begitulah bunyi provokasi halus untuk berkilah dari
tuduhan syirik dan khufarat. Adapun kita, mestinya dengan lantang mengatakan
tidak percaya. Bukan saja karena banyak ramalan yang tidak “nembus” , atau
bahasa astrolog yang terkesan samar dan menggunakan bahasa umum sehingga bisa
ditafsirkan macam-macam oleh konsumen, akan tetapi karena ilmu nujum itu
termasuk cabang dari ilmu sihir yang dilarang. Nabi saw bersabda :
“Barangsiapa
yang mengambil sesuatu dari ilmu nujum, maka sungguh dia telah mengambil satu
cabang dari sihir.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad.)
Astrolog
yang meramal dengan bintang, di hukumi sama dengan dukun dan paranormal,
barangsiapa bertanya kepadanya maka shalatnya tidak terima selama empat puluh
hari empat puluh malam, dan barangsiapa yang bertanya lalu membenarkannyam,
maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad saw.
Jika
kita sedikit saja mau berpikir, maka tak ada alasan sama sekali untuk
membenarkan segala bentuk ramalan, apalagi ramalan bintang. Sebab tak ada dasar
ilmiahnya sama sekali. Para peramal hanya mendasarkan pada prasangkanya
sendiri, tak didasari ilmu. Jika saja ada dan ini pasti tidak ada dasar ilmu
yang mendasari, maka tidak akan ada penafsiran yang bertolak belakang antara
satu peramal dengan peramal lainnya. Maka yang ada pasti ketidakcocokan antara
ramalan dengan kenyataan. Masuk akalkah bila jumlah manusia yang hampir 5
milyar ini bisa diramalkan masa depannya hanya dengan 12 bintang??? Artinya
setiap harinya ada 416.666.667 orang yang bernasib sama? Begitulah, kelakuan
orang musyrik selalu bertentangan dengan fitrah yang suci, logika yang sehat
dan nash-nash syari, Wallahualam... by @destya11 (in twitter)