Rabu, 25 Desember 2013

Al – Quran, Jangan Tukar Dengan Nyanyian.

Merasa khawatir kaum Quraisy akan terpesona oleh keindahan Al –Quran , si Kafir Abu Jahal meminta kepada Walid bin Mughirah untuk berkomentar miring tentang Al –Quran. Dia adalah raja penyair ketika itu, paling ahli dalam syair dan lagu. Baik syair jin maupun manusia. Tapi apa mau di kata, Walid justru tak sanggup menyembunyikan kekagumnnya terhadap Al – Quran. Ia berkata, “Apa yang bisa saya katakan..?” Lalu dia pun menggubah syair yang menyiratkan kehebatan dan ksempurnaan Al- Quran. Dari keindahan bahasa, kedalaman makna juga keagungan pesan yang terkandung di dalamnya.Pengakuan orang yang tetap tidak beriman karena khwatir akan jatuh pamornya di mata kaumnya yang kafir. Namun sayang, hari ini banyak kaum yang mengaku berimam justru tak lagi memandang takjud kepadanya, tak tertarik untuk menyimaknya, bahkan untuk sekedar  meliriknya. Pada saat bersamaan, mereka menjatuhkan pilihan pada nyayian murahan sebagai gantinya, yang tak layak di bandingkan dengan Al- Quran, terlebih menggatikan posisinya. Kebutuhan mereka akan nyanyian bahkan melebihi kebutuhan terhadap makan dan minum, . Tak Cukup hanya 3 kali sehari, hingga tidur pun dihantar nyayian.
Apa kiranya alasan mereka lebih enjoy mendengar nyayian daripada Al-Quran??? Lebih puas ketika mampu menghapal lagu daripada menghafal ayat-ayat Allah??? Karena keindahan bahasanya kah??? Demi Allah, tak ada bahasa yang mampu mengungguli keindahan Al –Quran. Atau karena isi lagu yang menyentuh??? Padahal ucapan sia-sia dan dusta bertaburan di dalamnya. Berbeda dengan kalamullah yang tak ada satu huruf pun yang sia- sia. Bertabur hikmah dan faedah tiada hingga. Dijanjikan pahala perhuruf bagi yang membacanya, apalagi yang mempelajari dan mengamalkannya. Adapun nyanyian dan lagu, apa yang bisa didapatkan darinya???
Tinggal satu alasan yang paling mungkin, mengapa mereka lebih memilih nyanyian daripada Al –Quran??? Yakni kendali hawa nafsu yang bertengger di hati dan pikiran mereka. Pengulangan sejarah teengah terjadi. Dahulu, orang –orang yang menyimpang berpaling dari Al- Quran yang di dakwahkan Nabi, lalu condong dan mengikuti para penyair yang suka mengumbar kata yang muluk-muluk, penghias bibir dan jauh dari realita yang mereka perbuat. Fenomena itu di abadikan kiahnya dalam Al- Quran.
“Dalam penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwanya mereka melihat mengembara di tiap-tiap lembah. Dan bahwanya mereka suka mengatakan apa yaang mereka sendiri tidak mengerjakannya?” (Q.S. Asy-Syu’raa : 224 – 226)
Bandingkan fenomena itu dengan realita hari ini, bukanlah nyaris sama dan sebangun?? Bedanya, road show dahulu dilakukan dari  lembah ke lemba, namun sekarang, dari kota le kota. Wallahu a’alam. (Abu Umar A)
Sumber : Majalah Islam Ar- Risalah
by : @destya11 (in twitter)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar