Alunan surat Fushshilat
yang di bacakan rasulullah sungguh memesona Abul Walid. Berlalu tanpa sepatah kata pun terucap, dia segera kembali
menemui kaum Quraisy yang tak sabar telah menunggu dalam gelisah. Kemudian sastrawan
terkemuka itu beru , “itu buka syair, sihir, atau ucapan tukang tenung.
Sesungguhnya Al- quran itu ibarat pohon rindang yang akarnya menghujam tanah.
Susunan bahasanya manis dan enak. Itu bukan perkataan manusia, ia tinggi dan
tidak ada yang akan mengatasinya”
Abul Walid menuturkan
kesaksiannya akan keindahan gaya bahasa Al- Quran, meski hal itu menyakitkan
hati kaum yang telah mengutusnya menemui Muhammad. Meski dia kafir, sentuhan
ayat Al-Quran meluruhkan kesombongannya. Karen Al – Quran sejatinya adalah obat
penawar yang komplit, mujarab, dan mengandungi banyak manfaat. Tidak ada obat
yang semisal dari sisi Allah Ta’ala. Ialah sumber kekuatan, pelita dalam
kegelapan, petunjuk, obat penawar, nasihat, berita gembira, rahmat, dan berkah
bagi manusia. Ia mengangkat derajat suatu kaum dan menghinakan kaum yang lain.
Al- Quran bukanlah
monumen mati. Catatan sejarah yang hanya layak disimpan, dilihat, dan
dikunjungi setahun sekali kala Ramadhan.
Ia adalah monumen hidup sebab berbicara kepada jiwa. Menggetarkan hati,
memberikan ruh dan menggerakkannya. Ia akan menambah keimanan bagi yang
berinteraksi dengannya. Menjadikan nutrisi
bergizi bagi hati seluruh isinya. Namun sejujurnya, Al- Quran bukan lagi
pusat perhatian kita, sebagaimana prediksi Nabi. Ia telah ditinggalkan manusia.
Kita sibuk hingga waktu untuk membacanya
pun tiada. Atau kita telah membacakannya, namun tidak merenungi makna-maknanya.
Atau membaca dan merenunginya, namun tidak mengamalkannya. Mestinya sebagai
muslim kita malu, sebab tidak bisa sejujur Abul Walid yang notabene kafir.
Tapi bagaimana kita
akan mengambil manfaat Al –Quran jika kita tidak pernah menyantapnya??? Atau
mengerti kandungannya jika kita tidak pernah menyapa dan berbicara dengannya???
Sungguh, hiruk pikuk dunia dan hal-hal yang kita anggap ‘Lebih penting” menyita
seluruh waktu milik kita. Aneka puisi dan syair, lagu dan senandung, fiksi dan
film, permainan dan senda gurau, gosip, dan pembicaraan hampa, serta komentar
dan pendapat manusia,ternyata lebih berarti bagi kita.
Mungkinkah semua ini
karen hati kita memang telah telah tertutup sehingga gagal menangkap cahayanya,
akal kitabeku sehingga gagal merenunginya, atau jiwa kita telah menyeleweng
sehingga gagal merasakan nikmatnya???
Tidakkah kita yakin
bahwa ia adalah satu-satunya petunjuk jalan lurus, sedang selainnya bengkok dan
menyesatkan?
Ialah warisan Nabi
terpenting yang harus kita buru! Keyakinan ini penting, sebab ia akan membangun
benteng pertahanan dalam jiwa menghadapi gelombang kehidupan. Memberikan tenaga
dalam upaya perburuan, juga santapan lezat saat kita kelaparan.
Sunggu, rongga dada
yang hampa dari Al- Quran ibarat bangunan rusak, yang hanya akam menambah
kerugian dunia dan akhirat.
Ya Allah, Izinkan kami
menikmati warisan Nabi-Mu! J
by : @destya11 (in twitter)
by : @destya11 (in twitter)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar