Sabtu, 28 Desember 2013

Pakaian Dusta

Banyak manusia memuji kebaikan Daud at-Tha’i , mendengar semua itu Daud berkata, “Seandainya ,mereka mengetahui sebagian keadaan kami, niscaya tidak ada satu lidah pun yang sudi menyebutkan kebaikan kami selama-lamanya. “Sedang Muhammad bin Wasi’ berkata pada kesempatan yang lain,”Andaikan dosa-dosa itu mengeluarkan bau,niscaya tidak seorangpun yang sanggup hidup berdekatan denganku.”
Ucapan-ucapan luar biasa ini adalah cerminan kerendahan hati yang jujur. Kita bisa melihat di mana posisi kita di banding mereka. Kemudian lebih ‘tahu diri’ bahwa seharusnya kitalah yang lebih pantas merasa rendah di banding mereka. Karena kita sebenarnya jauh lebih berbau, namun tidak pernah merasa malu setiap kita membusung dan kepala kita membesar karena pujian.
Inilah kisah tentang hamba-hamba pilihan yang tahu dan menyadari cacat diri. Buah ma’rifat mereka terhadap pengawasan Allah yang sempurna. Yang mengawasi semua yang tersembunyi saat manusia hanya bisa mengawasi apa yang tampak. Yang mengawasi apa yang batin saat manusia hanya mengawasi yang lahir. Allah berfirma, “...Dan ketahuilah bahwanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya.”
Inilah rahasia itu. Bahwa kita tidak akan pernah bisa mengingkari kata hati akan pengetahuan Allah tentang siapa kita sesungguhnya, meski kita bisa menipu manusia sekitar. Namun sayang, kita tidak pernah takut kelak Allah akan membuka semua topeng. Padahal Dia telah berfirman, “ Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.”
Inilah yang membuat pujian dan kekaguman orang lain berharga sangat mahal. Menutupi pandangan dari pakaian dusta yang kita kenakan guna menampilkan citra diri palsu. Saat itulah ia menjadi jebakan manis yang berakhir dengan siksa di sisi-Nya. Belum lagi ‘perang’ yang selalu bergejolak dalam diri kita. Yang melahirkan kegelisahan dan menihilkan rasa aman karena hakikatnya tidak ada nilai baik, jika kita bisa menilai diri secara objektif. Konflik batin antara fakta bahwa kita menipu diri dengan rasa bangga beroleh pujian. Dan ini berlangsung selamanya.
Akan halnya hamba-hamba terpilih itu, mereka sadar tidak ada lagi tempat bersembunyi. Batin mereka selalu menghadirkan kesadaran penglihatan Allah, hal yang membantu mereka memunculkan taharruj (perasaan berdosa) dalam diri. Di samping membukakan pintu tawadhu’, keadaan ini akan membuat mereka mampu melawan kemauan yang salah dan memaksa diri melakukan hal-hal yang di benci hawa nafsu.
Pakaian hakikat yang nereka kenakan membuat mereka bisa sepeerti Yunus bin ‘Ubait yang berkata, “Saya menemukan seratus sifat baik, yang saya kira tidak ada satupun terdapat pada pada diri.” Bagaimana kita??? Wallahualam... by @destya11 (in twitter)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar