Banyak
manusia memuji kebaikan Daud at-Tha’i , mendengar semua itu Daud berkata, “Seandainya
,mereka mengetahui sebagian keadaan kami, niscaya tidak ada satu lidah pun yang
sudi menyebutkan kebaikan kami selama-lamanya. “Sedang Muhammad bin Wasi’
berkata pada kesempatan yang lain,”Andaikan dosa-dosa itu mengeluarkan
bau,niscaya tidak seorangpun yang sanggup hidup berdekatan denganku.”
Ucapan-ucapan
luar biasa ini adalah cerminan kerendahan hati yang jujur. Kita bisa melihat di
mana posisi kita di banding mereka. Kemudian lebih ‘tahu diri’ bahwa seharusnya
kitalah yang lebih pantas merasa rendah di banding mereka. Karena kita
sebenarnya jauh lebih berbau, namun tidak pernah merasa malu setiap kita
membusung dan kepala kita membesar karena pujian.
Inilah
kisah tentang hamba-hamba pilihan yang tahu dan menyadari cacat diri. Buah ma’rifat
mereka terhadap pengawasan Allah yang sempurna. Yang mengawasi semua yang
tersembunyi saat manusia hanya bisa mengawasi apa yang tampak. Yang mengawasi
apa yang batin saat manusia hanya mengawasi yang lahir. Allah berfirma, “...Dan
ketahuilah bahwanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah
kepada-Nya.”
Inilah
rahasia itu. Bahwa kita tidak akan pernah bisa mengingkari kata hati akan
pengetahuan Allah tentang siapa kita sesungguhnya, meski kita bisa menipu
manusia sekitar. Namun sayang, kita tidak pernah takut kelak Allah akan membuka
semua topeng. Padahal Dia telah berfirman, “ Janganlah sekali-kali kamu
menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan
dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan
janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka
siksa yang pedih.”
Inilah
yang membuat pujian dan kekaguman orang lain berharga sangat mahal. Menutupi
pandangan dari pakaian dusta yang kita kenakan guna menampilkan citra diri
palsu. Saat itulah ia menjadi jebakan manis yang berakhir dengan siksa di
sisi-Nya. Belum lagi ‘perang’ yang selalu bergejolak dalam diri kita. Yang
melahirkan kegelisahan dan menihilkan rasa aman karena hakikatnya tidak ada
nilai baik, jika kita bisa menilai diri secara objektif. Konflik batin antara
fakta bahwa kita menipu diri dengan rasa bangga beroleh pujian. Dan ini
berlangsung selamanya.
Akan
halnya hamba-hamba terpilih itu, mereka sadar tidak ada lagi tempat
bersembunyi. Batin mereka selalu menghadirkan kesadaran penglihatan Allah, hal
yang membantu mereka memunculkan taharruj (perasaan berdosa) dalam diri. Di
samping membukakan pintu tawadhu’, keadaan ini akan membuat mereka mampu
melawan kemauan yang salah dan memaksa diri melakukan hal-hal yang di benci
hawa nafsu.
Pakaian
hakikat yang nereka kenakan membuat mereka bisa sepeerti Yunus bin ‘Ubait yang
berkata, “Saya menemukan seratus sifat baik, yang saya kira tidak ada satupun
terdapat pada pada diri.” Bagaimana kita??? Wallahualam... by @destya11 (in twitter)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar