Jalan
istiqamah hanya dapat dilalui oleh para pemberani. Berani menentang hawa nafsu,
karena kebenaran itu umumnya berseberangan dengan hawa nafsu. Juga berani
menyelisihi kesesatan meski telah mendominasi bumi, karena umumnya manusia
berpihak pada kesesatan. “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di
muka bumi ini, niscahaya mereka akan menyesatkan dari jalan Allah. Mereka tidak
lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah).” (Q.S. Al – An’am : 116)
Dakwah
islam hanya mampu di pikul oleh da’i yang berani menghadapi rintangan,
penolakan, gangguan, celaan, dan bahkan permusuhan. Maka tiada seorang rasul
pun kecuali dia seorang pemberani. Begitu pun orang-orang yang melanjutkan
perjuangan mereka. Allah menyebutkan generasi yang dicintai Allah dan Allah pun
mencintainya, salah satu cirinya adalah, “wa laa yakhafuuna laumata laa’im”,
tidak takut celaan orang yang suka mencela. (Q.S. Al-Maidah : 54)
Ibnu
Katsir menafsirkan, yakni celaan orang tidak menghentikannya untuk taat kepada
Allah, menegakkan hukumnya, memerangi musuh-musuh-Nya, menyeru yang ma’ruf,
mencegah yang munkar, tak ada suatu apapun yang sanggup menghalangi mereka
untuk berbuat seperti itu.
Jannah
hanya layak diberikan kepada orang yang berani menempuh jalan yang penuh onak
dan duri, mendaki tebing yang curam dan terjal. Karena jannah itu tertutup
dengan berbagai hal yang tidak menyenangkan.
Alangkah
indah nasihat khalifah Ali “Ada enam hal, apabila terdapat pada diri seseorang
maka dia betul-betul memburu jannah dan lari dari neraka. Yakni orang yang
mengenal Allah lalu mentaati-Nya, mengenal kebenaran lalu mengikutinya,
mengenal jannah kemudian antusias
mengejarnya, mengenal setan lalu memusuhinya, mengenal dunia lalu zyhud
terhadapnya dan mengenal neraka lalu dia menjauhinya.”
Betapa
banyak manusia yang telah mengenal Allah, namun berat untuk taat kepada-Nya.
Takut sedikitnya teman, takut kehormatannya jatuh di mata orang, takut
kehormatannya jatuh di mata orang, takut kecaman orang, takut terkurangi harta
bendanya orang. Jannah tidak merindukan para pengecut seperti itu. Bahkan Allah
murka kepada orang yang mencari ridha manusia dengan sesuatu yang mendatangkan
kemurkaan-Nya.
Ada
pula yang telah di beri pengetahuan tentang kebenaran, namun tak sanggup untuk
menempuhnya. Karena tak ingin merubah kebiasaan lamanya, tak ingin kehilangan
rekan-rekannya, takut kehilangan jabatan dan pekerjaannya.
Begitupun
dengan jannah. Semua orang akan di tergiur dan terpesona mendengarkan berita
tentangnya, namun berapa orang yang berani membayar harganya? Karena jannah
menuntut pengorbanan orang yang merindukannya. Pengorbanan waktu, tenaga,
harta,dan bahkan nyawanya. Konsekuensi inilah yang tak sanggup di tunaikan oleh
kebanyak orang yang telah mengetahui jannah dan kenikmatannya.
Anehnya,
ada yang ingin menggapai jannah, namun jalan neraka yang ia tempuh. Karena
jalan itu lebih mulus, menyenangkan dan menggiurkan. Mareka takut kehilangan
kenikmatan semu itu. Wallahul muwaffiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar