Rabu, 25 Desember 2013

Hanya dengan Keberanian


Jalan istiqamah hanya dapat dilalui oleh para pemberani. Berani menentang hawa nafsu, karena kebenaran itu umumnya berseberangan dengan hawa nafsu. Juga berani menyelisihi kesesatan meski telah mendominasi bumi, karena umumnya manusia berpihak pada kesesatan. “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscahaya mereka akan menyesatkan dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Q.S. Al – An’am : 116)
Dakwah islam hanya mampu di pikul oleh da’i yang berani menghadapi rintangan, penolakan, gangguan, celaan, dan bahkan permusuhan. Maka tiada seorang rasul pun kecuali dia seorang pemberani. Begitu pun orang-orang yang melanjutkan perjuangan mereka. Allah menyebutkan generasi yang dicintai Allah dan Allah pun mencintainya, salah satu cirinya adalah, “wa laa yakhafuuna laumata laa’im”, tidak takut celaan orang yang suka mencela. (Q.S. Al-Maidah : 54)
Ibnu Katsir menafsirkan, yakni celaan orang tidak menghentikannya untuk taat kepada Allah, menegakkan hukumnya, memerangi musuh-musuh-Nya, menyeru yang ma’ruf, mencegah yang munkar, tak ada suatu apapun yang sanggup menghalangi mereka untuk berbuat seperti itu.
Jannah hanya layak diberikan kepada orang yang berani menempuh jalan yang penuh onak dan duri, mendaki tebing yang curam dan terjal. Karena jannah itu tertutup dengan berbagai hal yang tidak menyenangkan.
Alangkah indah nasihat khalifah Ali “Ada enam hal, apabila terdapat pada diri seseorang maka dia betul-betul memburu jannah dan lari dari neraka. Yakni orang yang mengenal Allah lalu mentaati-Nya, mengenal kebenaran lalu mengikutinya, mengenal jannah kemudian  antusias mengejarnya, mengenal setan lalu memusuhinya, mengenal dunia lalu zyhud terhadapnya dan mengenal neraka lalu dia menjauhinya.”
Betapa banyak manusia yang telah mengenal Allah, namun berat untuk taat kepada-Nya. Takut sedikitnya teman, takut kehormatannya jatuh di mata orang, takut kehormatannya jatuh di mata orang, takut kecaman orang, takut terkurangi harta bendanya orang. Jannah tidak merindukan para pengecut seperti itu. Bahkan Allah murka kepada orang yang mencari ridha manusia dengan sesuatu yang mendatangkan kemurkaan-Nya.
Ada pula yang telah di beri pengetahuan tentang kebenaran, namun tak sanggup untuk menempuhnya. Karena tak ingin merubah kebiasaan lamanya, tak ingin kehilangan rekan-rekannya, takut kehilangan jabatan dan pekerjaannya.
Begitupun dengan jannah. Semua orang akan di tergiur dan terpesona mendengarkan berita tentangnya, namun berapa orang yang berani membayar harganya? Karena jannah menuntut pengorbanan orang yang merindukannya. Pengorbanan waktu, tenaga, harta,dan bahkan nyawanya. Konsekuensi inilah yang tak sanggup di tunaikan oleh kebanyak orang yang telah mengetahui jannah dan kenikmatannya.

Anehnya, ada yang ingin menggapai jannah, namun jalan neraka yang ia tempuh. Karena jalan itu lebih mulus, menyenangkan dan menggiurkan. Mareka takut kehilangan kenikmatan semu itu. Wallahul muwaffiq. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar