Betapa
kita berusaha menolak kehadiran Allah, Dia tetap melihat dan mengawasi semua
perbuatan kita. Dia berfirman, “ Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah melihat segala perbuatannya” (Q.S. Al – ‘Allaq : 14)
Allah
tidak akan lupa, tapi kita? Inilah ujian bagi hati kita tentang keagungan
Allah. Bisakah hati kita tidak bingung memilih yang akan dia agungkannya,
kemudian berpaling dari- Nya? Padahal pengagungan kepada Allah-lah yang akan
membuatnya merasa nyaman, karena merasa selalu terawasi.
Perasaan
ini adalah hasil paling mengesankan dari ma’rifat hamba tentang pengawasan,
penglihatan dan pendengaran Allah terhadap setiap aktivitasnya. Ucapan,
perbuatan, bisikan hati, bahkan hembusan nafas dan kedipan mata. Allah
berfirman, “...Dan ketahuilah, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di dalam
hati kalian, maka takutlah kepada-Nya...” (Q.S. Al Baqarah 235)
Jika
Iman adalah pohon, maka muraqabah adalah buah yang paling manis dan
menyehatkan. Paling berharga karena layak barter dengan penjagaan Allah atas
diri kita. Wujudnya bisa berupa penjagaan terhadap maslahat dunia seperti;
badan, anak, keluarga, dan harta, bahkan hewan.
Seperti
Abu Ath- Thayyib yang berusia lebih dari 100 tahun namun masih mampu meloncat
dengan kuat.Dia berkata, “Organ tubuh ini saya jaga dari berbagai maksiat saat
remaja, kemudian saat saya tua, Allah menjagany bagi saya.”
Seperti
Sa’id bin al-Musayyib yang berkata kepada putranya , “ Aku pasti menambah
shalatku, yang dengan shalatku itu, aku berharap engkau di jaga (Allah).’
Seperti
Ibnu al-Munkadir yang berkata, “Sesungguhnya, Allah pasti menjaga dengan
keshalihan seorang anak-anaknya, cucu keturunannya, dan rumah-rumah di
sekitarnya.”
Atau
Ibrahim bin Adham yang tak pernah tidur di kebun, sementara di sisinya ada
seekor ular dengan seikat bunga di mulutnya. Dan ular itu terus menjaganya
sampai di bangun.
Bisa
juga penjagaan terhadap agama dan iman kita, dari berbagai syuhat menyesatkan
dan bermacam syahwat yang terlarang. Juga kematian yang suul khatimah.
Seperti
firman Allah tentang Yusuf as, “Demikianlah, agar kami memalingkan kemunkaran
dan kekejian daripadanya. Sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami
terpilih.”
Juga
seperti perkataan Ibnu Abbas, “Allah memberi batas antara hamba yang beriman
dengan maksiat yang akan menyeretknya ke neraka”
Maka
marilah kita titipkan agama kita kepada Allah, sebab Rasulullah pernah
bersabda, “ Sesungguhnya jika Allah dititipi sesuatu, Dia akan menjaganya.” Dan
Inilah satu-satunya pilihan, agar Allah tidak membiarkan kita tersesat berjalan
dan pohon iman kita kering tak berbuah. Seorang salaf pernah berkata,
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, sunguh dia telah menjaga dirinya.
Barangsiapa menyia-nyiakan takwanya, sungguh da telah menyia-nyiakan dirinya,
dan Allah tidak lagi membutuhkannya.”
Ya,
puncaknya adalah takwa, karena ia adalah sebaik-baiknya bekal. Dengarkan firman
Allah, “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang takwa dan berbuat kebaikan.”
(Q.S. An-Nahl :128). Wallahualam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar