Allah
swt menciptakan manusia dalam keadaan fitrah/ suci. Dalam perjalanannya
kemudian banyak manusia yang tersesat dan terjerumus dalam jurang kemaksiatan,
yang menghasilkan dosa kecil maupun besar.
Dosa-dosa,
baik yang sudah diwujudkan dalam kehidupan nyata maupun yang masih terpendam
dalam jiwadan perasaannya, sesungguhnya merupakan efek dari tipu daya setan
yang mempengaruhi dan menguasai jiwa manusia. Hal ini di karenakan tidak adanya
atau kurang kokohnya benteng pertahanan dalam diri manusia itu sendiri. Allah
swt berfirman :
“Dan
aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang di beri rahmad oleh
Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Shad :
82)
Bila
kita telah melakukan perbuatan dosa, maka yang perlu dilakukan adalah sesegera
mungkin bertaubat. Allah swt sengaja menyapa hamba-hamba-Nya yang melampaui
batas seperti dalam firman-Nya.
“Katakanlah
: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampai batas terhadap terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmad Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Q.S. Za- Zumat : 53)
Menurut
Ibnu Taimiyah dalam kitab “ At –Taubah”, yang di maksud taubat adalah menarik
diri dari suatu keburukan dan kembali pada suatu tindakan yang dapat membawa
seseorang kepada Allah swt.
Taubat
dibedakan menjadi dua macam. Pertama, taubat wajib yaitu taubat dari
kemaksiatan. Kedua, taubat sunnah yaitu taubat yang di anjurkan untuk
meninggalkan perbuatan yang tidak di sukai (makruh). Bagi siapa yang melakukan
taubat jenis pertama, maka ia termasuk orang baik dan adil. Sedangkan bagi yang
melakukan kedua jenis taubat tersebut, maka ia termasuk dalam orang yang lebih
dahulu masuk jannah dan di dekatkan Allah swt. Sedangkan siapa tidak melakukan
taubat jenis pertama, maka ia termasuk orang yang zalim. Yang perlu di catat di
sini ialah, kita tidak boleh bertaubat dari kebaikan (berhenti melakukan
kebaikan). Maka barangsiapa yang melakukannya dengan sadar, ia termasuk dalam
golongan orang-orang yang fasik.
Lalu
apakah sama bagi kita bertaubat sekarang dengan bertaubat esok atau lusa?
Allah
swt berfirman,
“Tidak
sama di antara kamu orang yang menafkahkah (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan
(Makkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan
(hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing
mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al-Hadid : 10)
Singkatnya,
selama hamba itu bertaubat, memohon ampunan dan menyesali perbuatan (taubat
nasuha), maka Allah akan mengampuninya. Maka marilah berlomba-lomba melakukan
kebaikan dan segera bertaubat bila terlanjur melakukan kesalahan.Wallahualam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar