Karena
ada cinta dan benci di dalam hati, ia memberi rasa. Juga menumbuhkan keinginan.
Rasa yang membuat hati berpihak pada kebenaran atau kebatilan, dan keinginan
yang menjadi pondasi setiap tindakan. Rasa dan keinginan yang menggerakkan.
Tapi
kita, adalah makhluk sosial. Yang tidak pernah sendirian. Yang dalam
keberpihakan dan pilihan suara hati ke alam nyata. Kita tidak ingin keliru,
sebab itu menyamankan. Dan ini sangat manusiawi.
Maka
kebenaran, meski sepi pengikut, tidak akan pernah tidak ada pembelanya. Meski
ibarat menggenggam bara, yang panas membakar dan membuat luka jiwa dan raga.
Pun kebatilan yang nampak nyata, tidak pernah nihil dari pemujanya. Bahkan
seringkali melimpah ruah. Yang karenanya tampak indah.
Adakah
yang lebih baik, dari hamba yang selalu
mencoba setia kepada Allah dalam keberpihakan hati dan pilihan amal shalihnya?
Bahkan ketika memilih sahabat dalam menjalani hidup! Sebab hati kita yang rapuh
dan mudah merubah, membutuhkan penolong dan penopang saat menggenggam bara itu.
Agar cinta kita kepada kebenaran ini tidak goyah dan berubah. Teman-teman yang
shalih adalah unsur penguat yang bermanfaat.
Teman-teman
yang shalih adalah juga berkah kehidupan. Bersama mereka langkah-langkah kaki
menjadi mantap saat merenungi ayat-ayat Allahdan mereguk hikmah kehidupan. Jiwa
tenteram menjalani ujian ibadah yang nampak melelahkan. Juga hari-hari yang
berlalu, jauh dari kesia-siaan. Karena pada diri mereka ada makna kebaikan dan
kebahagiaan, tanda kebajikan dan kebenaran.
Teman-teman
shalih adalah tongkat penuntun di saat lemah, pelita dalam gelap, pencuci jiwa
dari kerak-kerak dosa, pemutih hati dari warna-warna jahiliyah, juga peluntur
kilau perhiasan palsu dunia yang membuat hidup terasa nyaman dan nikmat karena
ketulusan hati dan kasih sayang sejati yang mekar bersemi.
Bersama
mereka, kebaikan di tebar sepanjang waktu. Hingga kita tak lagi harus menunggu.
Untuk menjadi baik! Sedang kebaikan adalah perisai diri dari kejahatan dan
keburukan.
Maka
saat kita di benci, dikucilkan, dicemarkan, dipersulit, dianiaya, dan bahkan di
usir karena berpihak pada kebenaran, kita tidak boleh sendiri. Kepada merekalah
seharusnya kita kembali, sebelum rasa hati kita khianati. Karena merekalah
hiburan dalam kesedihan. Tenaga tak berdaya.
Teman
shalih adalah karunia Allah dalam hidup kita. Bahkan meski hanya satu, sebab
serigala hanya memakan daging domba sendirian. Tapi, di manakah dia kini???
Wallahualam...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar